Tidak Percaya Dosa Warisan, Drs. Anselmus Sinaga Akhirnya Masuk Islam

Tidak Percaya Dosa Warisan, Drs. Anselmus Sinaga Akhirnya Masuk Islam - Nama lengkapnya sebelum masuk Islam adalah Anselmus Sinaga. Tetapi, pria kelahiran Medan yang kini sudah dikaruniai 10 anak itu beralih nama menjadi Haji Abdullah Sinaga. Gelar doktorandus di depan namanya, menunjukkan bahwa yang bersangkutan termasuk seorang intelektual. Itulah sebabnya, pegawai pada Departemen Agama di Kotamadya Medan tersebut telah menulis beberapa buku yang diantaranya berjudul Makna Agama Terhadap Alam Pikiran Manusia yang diterbitkan oleh penerbit Rimbow Medan.

Semula, Anselmus Sinaga adalah penganut Pelbegu, yaitu suatu ajaran animisme yang secara turun-temurun diyakini oleh sebagian masyarakat Batak. Ajaran itu hanya berdasarkan tradisi belaka tanpa kitab suci. Dengan demikian, ajaran ini pun tidak dapat diuji kebenarannya. Oleh karenanya, setelah Anselmus Sinaga beranjak dewasa dan pandai berpikir kritis, ajaran itu pun ditinggalkannya. Dan, sebagai tempat pelarinnya yang baru, ia tertarik pada ajaran Katolik. Tetapi, lagi-lagi Anselmus "kepentok" dosa warisan yang diajarkan para pastur.

Anselmus tidak mengerti dosa warisan itu dengan alasan kalau memang semua anak Adam mempunyai dosa warisan, tentunya para pastur itu juga punya dosa warisan. Kalau pastur itu turut mempunyai dosa warisan, mengapa pula ia mengampuni dosa orang lain ? Begitulah pertanyaan Anselmus yang diajukan kepada para pastur yang tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Merasa tidak puas di Katolik, saya yang saat itu menginjak usia dua puluh tahun, mengembara meninggalkan kampung halaman. Saya tinggalkan Pulau Samosir yang penuh kenangan dan keindahan itu untuk merantau ke negeri orang. Sebagai tujuan adalah kota Medan. Di kota inilah saya bertemu dengan seseorang yang mengatarkan saya hingga ke Perguruan Zending di Medan.

Saya yang ketika usia muda belajar di Perguruan Zending Medan, mendapatkan bahwa sebagian ajaran Musa a.s. dan Isa a.s. di teruskan oleh Nabi Muhammad saw. Kesimpulan yang saya peroleh itu, setelah saya mempelajari Islam. Bahwa ajaran Islam itu ternyata paling sempurna, baik dilaksanakan untuk pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara, dan bahkan antar negara. Juga ajaran islam itu mudah dilaksanakan oleh siapapun menurut kemampuan masing-masing. Disamping itu, ajaran Islam mudah pula untuk di kerjakan dan sangat praktis, karena susuai dengan fitrah manusia. Yang lebih penting lagi bahwa Islam itu bersifat lapang.

Karena merasa puas dengan ajaran-ajaran Islam, maka saya putuskan untuk meninggalkan ajaran Katolik yang selama ini saya anut. Meskipun hal itu bukanlah tanpa resiko yang menghadang. Tetapi, niat saya yang kuat sanggup memupuskan semua efek negatif yang bakal timbul. Terutama sekali hal itu datang dari pihak keluarga. Sebab, Ompu Dormauli Sinaga, ayah saya, termasuk salah satu pendiri Gereja katolik si Sitatar Palipi, Pulau Samosir.

Ayah saya sangat berang dan marah, serta tidak mengakui saya lagi sebagai keluarga, karena dianggap sudah murtad. Berbagai bujukan diarahkan kepada saya dengan harapan agar saya kembali ke ajaran semual. Tetapi, semua itu dapat saya tepis untuk tetap istiqamah di dalam meyakini Islam.

Diantara bujukan yang saya terima adalah tentang janji akan diberikan pekerjaan yang menyenangkan dan lain sebagainya. Alhamdulillah, saya tetap tegar bagai batu karang di tengah samudra yang tidak mampu digoyahkan oleh badai sekalipun. Apalagi oleh riak obak kecil di pantai. Saya sudah siap segalanya buat menghadapi berbagai kemungkinan yang timbul akibat keputusan saya menjadi muslim. Saya bersyukur kepada Allah, ternyata semua kendala dapat saya lalui dengan baik tanpa adanya bentrokan yang berarti. Termasuk gangguan fisik maupun acaman lain, tidak ada yang saya terima.

Menjadi Dai

Kini saya boleh bahagia. Setelah menjadi muslim nama saya menjadi Abdullah Sinaga, plus predikat haji. Bersama Asni Situmorang, istri saya yang setia mendampingi saya sejak dari Sibolga, saya hidup rukun dan tenteram bersama 10 orang anak. Pekerjaan tetap saya menjadi penilik pada Pendais (Penerangan dan Dakwah Islam) Wilayah III Medan Denai Departemen Agama Kotamadya Medan.

Disamping itu, saya ikut secara aktif dalam memajukan umat Islam ini melalui dakwah. Sebagai wadah untuk itu saya aktif di Muhammadiyah bagian tablig. Sebab memang itu yang menjadi obsesi saya sejak dulu ketika mulai masuk Islam, yaitu mempelajari Islam secara baik, untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat.

Kesibukan lain di bidang dakwah, yaitu penanganan masyarakat terpencil di pedalaman. Saya termasuk yang memprakarsai pengiriman dai ke daerah-daerah pedalaman yang rawan. Saya sibuk menangani kehidupan mualaf, terutama dalam bidang pendidikan. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah soal dakwah melalui tulisan. Beberapa buku karaya saya sudah diterbitkan. Diantaranya yang menyangkut soal kenabian Muhammad saw, yang dilengkapi dengan bukti ayat-ayat Akkitab. Sebab, memang kehadirannya sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci Taurat.

Buku itu diterbitkan oleh penerbit Naspar Djaja, Medan. Buku tersebut diantaranya sudah saya serahkan kepada DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Pusat sebagai kenang-kenangan ketika saya dipanggil untuk mengikuti silaturahmi jamaah Muhtadin. Sialturahmi itu dilaksanakan di Cisalopa Bogor, yang diikuti oleh sejumlah mantan pendeta dan pastur serta aktivis Kristen lainnya. (Moh. Ichsan/Albaz)
Journey to Islam Oleh : Redaksi 01 Nov 2003 - 11:18 pm

No comments:

Post a Comment