Jermaine Jackson, saudara kandung mendiang superstar Michael Jackson, memeluk Islam usai kunjungannya ke Bahrain dalam serangkaian tur Timur Tengah pada dekade 80-an.
Bagaimana perjalanan mantan anggota Jackson 5 itu memperoleh hidayah Allah Subhana Wa Ta'ala? Berikut ini adalah penuturan Jermaine seperti dilansir IfoundIslam.net.
“Kembali ke tahun 1989, ketika aku dan adikku menjalani tur ke beberapa negara di Timur Tengah. Selama tinggal di Bahrain, kami mendapat sambutan hangat dari penduduk setempat. Di sana, aku secara kebetulan bertemu dengan beberapa anak dan sempat mengobrol-ngobrol ringan dengan mereka.
Ketika itu, mereka sempat menanyakan agamaku. Aku katakan kepada mereka bahwa aku ini seorang Kristen. Kemudian aku tanya balik apa agama mereka. Anak-anak itu dengan serentak menjawab, “Islam.” Jawaban para bocah yang penuh antusiasme itu benar-benar mengguncang aku dari dalam.
Anak-anak tadi lantas mulai bercerita tentang Islam sesuai ukuran pemahaman mereka saat itu. Namun, nada suara bocah-bocah itu menyiratkan, ada semacam kebanggaan mereka memeluk Islam. Ini adalah saat-saat pertama kalinya aku mulai tertarik dengan agama ini.
Siapa sangka, interaksi sangat singkat dengan anak-anak tadi ternyata akhirnya membuatku ingin tahu lebih banyak lagi soal Islam. Aku menemui beberapa ulama hanya untuk memuaskan rasa penasaranku yang kian menggebu tentang agama ini.
Ada semacam riak besar yang berkecamuk dalam pikiranku. Aku pun berusaha menghibur diri sendiri seolah tidak terjadi apa-apa. Tetapi, aku tidak bisa lagi menyangkal bahwa sesungguhnya aku sudah masuk Islam, meskipun itu baru sebatas di dalam hati saja. Semua pengalaman pribadi ini pertama kalinya aku ungkapkan kepada seorang kenalan Muslim bernama Qunber Ali.
Selanjutnya, Ali berhasil membawaku ke Ibukota Arab Saudi, Riyadh. Sampai saat itu, aku belum lagi tahu banyak tentang Islam. Dari Riyadh, aku melanjutkan ke Makkah untuk melaksanakan umrah. Saat itulah, dan di sanalah, pertama kalinya aku menyatakan diri menjadi seorang Muslim.
Setelah memeluk Islam, aku menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan ajaran agamaku sebelumnya. Terutama soal kelahiran Isa al-Masih. Untuk pertama kalinya, aku benar-benar yakin dengan kebenaran Islam itu sendiri.
Ketika aku kembali ke AS, media Amerika sedang melancarkan propaganda yang begitu keji terhadap Islam dan kaum Muslimin. Berbagai gosip yang mereka lontarkan terhadapku juga benar-benar mengusik ketenangan pikiranku.
Hollywood secara diam-diam juga tengah berupaya memfitnah umat Islam dengan memproyeksikan mereka sebagai teroris. Hal ini kemudian membuatku bertanya-tanya, mengapa mereka tega melemparkan berbagai tuduhan yang tak memiliki dasar sama sekali terhadap umat Islam?
Ini membuatku prihatin. Karenanya, aku ingin melakukan yang terbaik untuk menghilangkan image salah tentang umat Islam yang selama ini digambarkan media AS.
Aku juga tak menyangka, hampir semua media Amerika berusaha mementahkan segala kabar mengenai keislamanku. Ini tidak saja bertentangan dengan semua klaim soal kebebasan berekspresi yang mereka agung-agungkan, tetapi juga berlawanan dengan kebebasa hati nurani. Jadi, aku sudah melihat sendiri bagaimana kemunafikan masyarakat Amerika kebanyakan.”
Setelah menjadi mualaf, dia pun mengganti namanya menjadi Muhammad Abdul Aziz dan memilih tinggal di pinggiran Los Angeles.
“Islam telah mengurai banyak kesulitan di dalam hidupku. Sejak berislam, aku menjadi manusia utuh dalam arti yang sebenarnya. Aku merasakan perubahan yang luar biasa di dalam diriku. Aku meninggalkan semua hal yang dilarang oleh Islam,” ungkap Jermaine.
Reaksi Keluarga Jackson
Ketika kembali ke Amerika, ibunda Jermaine sudah mendengar kabar mengenai keislamannya. Menurut Jermaine, ibunya adalah seorang wanita yang sangat agamis dan beradab. “Saat itu, ibuku hanya mengajukan satu pertanyaan kepadaku. Apakah kau mengambil keputusan (menjadi seorang Muslim) ini dengan tiba-tiba, atau adakah hasil pemikiranmu yang mendalam dan panjang di balik itu?”
Jermaine mengatakan pada sang bunda bahwa dirinya telah memikirkan berulangkali dengan sungguh-sungguh sebelum memutuskan menjadi Muslim.
Akan tetapi, hal ini ternyata membawa dampak terhadap keluarganya. Singkatnya, semua anggota keluarga Jackson merasa cemas melihat segala perubahan yang terjadi pada hidup Jermaine.
“Bermacam surat ancaman yang datang membuat kekhawatiran mereka kepadaku semakin bertambah. Bahkan, sempat ada yang mengancam akan membuatku tidak betah berlama-lama hidup di Amerika,” tuturnya.
Untungnya, Jermaine dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berwawasan luas. Ia dan saudara-saudaranya diajarkan untuk menghargai keberadaan semua agama. “Kami selalu dididik untuk menjaga toleransi. Orang tua kami melatih dan mempersiapkan mental kami dengan cara begitu.”
Dalam perjalanan kembali ke AS, Jermaine membawa banyak buku tentang Islam. Sang adik, Michael Jackson, pernah meminta beberapa buku dari Jermaine untuk dipelajari. Padahal, sebelumnya pandangan Michael dipengaruhi oleh propaganda media Amerika terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Beda lagi dengan kisah kepada saudaranya yang lain, Janet Jackson.
“Seperti anggota keluargaku yang lain, kabar tentang keislamanku juga menjadi kejutan besar untuk adikku yang juga bintang pop Amerika, Janet Jackson,” tuturnya
“Awalnya, dia khawatir dengan perubahan yang terjadi di dalam diriku. Apalagi, yang tertanam di kepalanya soal Islam selama ini hanya satu, yaitu lelaki Muslim identik dengan poligami.”
Jermaine kemudian menjelaskan kepada Janet apa yang menjadi alasan Islam memberikan izin kepada laki-laki memiliki istri lebih dari satu. Sebagai perbandingan, Jermaine menggambarkan keadaan masyarakat saat ini.
“Pergaulan bebas dan perselingkuhan sudah menjadi hal yang sangat lumrah di masyarakat Barat, termasuk Amerika. Islam datang untuk mengamankan tatanan sosial dari kerusakan semacam ini,” kata Jermaine kepada adik perempuannya.
Sesuai ajaran Islam, jelas Jermaine, jika seorang pria memiliki ketertarikan emosional dengan seorang wanita, maka ia harus menghormati perempuan tersebut dengan mengikat hubungannya dalam status hukum yang jelas. “Jika lelaki itu tidak sanggup, maka ia harus puas dengan satu istri.”
Selain itu, Islam juga memberikan berbagai persyaratan yang tidak mudah bagi seorang pria yang ingin melangsungkan pernikahan keduanya. Saking sulitnya persyaratan tersebut, di dunia ini hanya satu persen Muslim yang sanggup memiliki istri lebih dari satu. “Setelah mendengarkan semua penjelasakanku, Janet pun merasa puas,” tutur Jermaine.
Ia percaya, jika saat ini masih ada tempat tersisa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan penghormatan yang luhur bagi kaum perempuan, itu tidak lain adalah masyarakat Islam. Jermaine yakin, nanti akan datang masanya ketika dunia harus menerima kenyataan ini.
Setelah memeluk Islam, Jermaine telah bertemu Muhammad Ali beberapa kali. Bagi Jermaine, Ali adalah teman keluarganya. “Dia termasuk orang yang memberiku banyak bimbingan yang berguna tentang Islam.”
“Alhamdulillah, aku memiliki tujuh putra dan dua putri,” ujarnya. “Mereka sama sepertiku, sepenuhnya berorientasi kepada Islam. Sementara, istriku sampai sekarang masih terus mempelajari Islam.”
No comments:
Post a Comment